Kebutuhan Protein Untuk Produksi Ternak

Kebutuhan Protein Untuk Produksi

Kebutuhan protein untuk produksi umumnya dihitung dari berapa kandungan N/protein dalam jaringan produk hasil ternak. Pada sistem faktorial untuk estimasi kebutuhan protein, kandungan protein pada PBB ditambahkan pada estimasi nilai kehilangan N endogen. Sebagai contoh, jika seekor domba dengan bobot badam 20 kg tumbuh sebesar 0.2 kg/hari mengalami kehilangan N emdogen setara dengan 21 g protein/hari, dan jika dari hasil pengamatan terhadap kandungan daging domba yang disembelih adalah mengandung 170 g protein.kg, maka kebutuhan neto protein adalah : 21 + (0.2 X 170) = 55 g. Dengan asumsi bahwa nilai biologis = 0.80 dan kecernaan protein = 0.85 untuk digunakan dalam perhitungan kebutuhan protein, maka jumlah protein yang diharapkan sampai di usus halus adalah = 55/(0.80 X 0.85) = 81 gr. Selanjutnya jika kandungan ME pakan adalah sebesar 8.4 MJ, maka dengan nilai rataan hasil penelitian selama ini terhadap produksi protein mikroba yang dapat dihasilkan per MJ ME sebesar 8.3 g, maka akan diperoleh protein mikroba sebesar = 8.4 X 8.3 = 70 g. Dari 70 g protein mikroba ini hanya 80 % berupa protein murni dan sisanya adalah berupa asam nukleat. Sehingga pasok proterin murni hanya sebesar: 70 X 0.80 = 56 g. Dengan demikian kebutuhan protein yang harus dipasok dalam bentuk protein bypass adalah : 81 – 56 = 25 g. Sehingga kebutuhan minimum protein pakan menjadi 25 + 70 g = 95 g dan jumlah ini akan mencukupi jika degradabilitas protein : 70/95 = 0.74.

Jika degradabilitas aktual (dg) kurang dari degradabilitas optimal (dg dalam hal ini 0.74), maka kuantitas protein ransum perlu dikalikan dengan faktor dg/dg. Sebagai teladan jika degradabilitas aktual adalah sebesar 0.1 lebih rendah dari degradabilitas optimal maka kebutuhan protein akan berubah dari 95 g menjadi 110 g/hari, yang diperoleh dari perhitungan : 95 + (0.74/0.64) = 110 g/hari. Dalam praktek penyusunan ransum sebaiknya nilai degradabilitas pakan dinaikkan hingga mencapai degradabilitas maksimum terutama jika urea ditambahkan dalam ransum yang memiliki nilai degradabilitas = 1.0. Sebaliknya jika nilai degradabilitas aktual lebih besar dari degradabilitas optimum, maka mikroba rumen akan memperoleh pasok protein melebihi dari kebutuhannya.

Subscribe to receive free email updates: