CARA MENENTUKAN DIAKNOSA PENYAKIT PADA SAPI

Bagi para peternak terkadang menemukan keadaan saat sapi peliharaannya sakit namun tidak ada tenaga medis seperti dokter hewan atau mantri hewan yang tinggal disekitar mereka. Meskipun tidak sulit mencari toko Obat hewan namun apalah gunanya jika kita tidak mengetahui penyakitnya. nah berikut ini langkah-langkah menentukan/ mendiagnosa penyakit pada sapi yang dapat diperguakan oleh dokter hewan maupun peternak.
 
A. Pemeriksaan Umum

Anamnesa
Dilakukan tanya jawab antara dokter hewan dengan pasien atau pengantarnya, sehingga dokter hewan dapat mengarahkan pemeriksaannya pada tujuan-tujuan tertentu dan data yang diperoleh dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik itu dapat dipergunakan sebagai dasar yang kuat untuk membuat diagnosa yang tepat. Mengingat adanya kemungkinan bahwa penyakit yang di derita sekarang mungkin akibat penyakit/kelanjutannya dari yang dahulu maka sering ditanyakan pula berbagai penyakit pada masa lalu.
Jikalau ada persangkaan penyakit yang diderita ada hubungannya denga faktor keturunan perlu ditannyakan pula penyakit yang pernah diderita oleh kaum kerabatnya yang lebih tua dimasa lampau. Karena banyak hal yang perlu ditannyakan kepada klien, dokter hewan harus menjaga supaya kegiatan anamnesa tidak bertele-tele dan mengarahkan pertanyaan sehingga tidak ada kemungkinan dari pasien untuk memberi jawabanyang berbelit-belit (Soehardo K, 1987).
Untuk penyakit-penyakit menular atau berbahaya bagi manusia perlu dilakukan anamnesa terarah kepada klien yang meliputi :
- Riwayat sering kontak dengan ternak atau produknya.
- Riwayat kontak dengan ternak sakit.
- Riwayat mengkonsumsi daging ternak sakit.
- Status pekerjaan (Petani ladang, peternak, RPH, peyamak kulit).
- Tidak kalahnya dari kalangan medis adalah mengetahui dimana dia berada, di wilayah endemis atau perbatasan.
Inspeksi
 
Sebelum melakukan inspeksi, usahakan hewan tidak menaruh curiga kepada pemeriksa dan usahakan agar hewan tenang. Inspeksi atau melihat keadaan pasien dari jarak jauh dan jarak dekat secara menyeluruh dari segala arah serta perhatikan keadaan sekitarnya.
Dilakukan dengan memperhatikan keadaan hewan seperti ekspresi muka, kondisi tubuh, cara dan tipe pernafasan, keadaan abdomen, posisi berdiri, keadaan lubang alami, aksi dan suara.
Selain kegiatan inspeksi seperti diatas perlu juga dilakukan inspeksi jarak dekat terhadap warna kulit, karena selain warna kulit terpengaruh pigmen kulit juga dapat dipengaruhi oleh peredaran darah (PD) di bawahnya. Sebagai contohnya adalah warna kulit yang kemerah-merahan menandakan adanya PD yang giat dibawah kulit. Hewan yang mendadak ketakutan, terkejut, marah, dan sebagainya dikarenakan gangguan syaraf vegetatif (Soehardo K, 1987).
Pulsus dan Nafas
 
Sistem sirkulasi seekor hewan terdiri dari suatu pompa empat ruang, yaitu jantung, serta suatu sistem pembuluh guna peredaran darah. Pembuluh yang mengedarkan darah dari jantung ke bagian-bagian lain disebut arteri, sedangkan yang membawa darah menuju jantung disebut vena (R.D.Frandson, 1992). Pulsus bersumber pada denyut jantung. Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan irama dan lajunya dalam semenit serta kualitasnya. Jikalau irama denyut tidak rata, dikatakan ada pulsus irregularis (Soehardo K, 1987). Pada sapi diperoleh data yaitu 54-84 kali permenit. Pemeriksaan pulsus pada sapi dapat dipalpasi pada : arteria maxillaris externa/a. facialis (raba tepi depan m. Masseter dengan jari dan gerakan kemuka dan kebelakang) atau a. coccygea di sebelah ventral dari pangkal ekor.
Oksigen adalah salah satu dari kebutuhan-kebutuhan yang paling vital. Seekor hewan masih dapat bertahan hidup beberapa hari tanpa air, atau beberapa minggu tanpa makanan, tetapi tanpa oksigen hanya dalam ukuran menit saja. Sistem respirasi terdiri dari paru dan saluran-saluran yang memungkinkan udara dapat mencapai atau meninggalkan paru. Saluran tersebut mencakup nostril (lubang hidung), rongga hidung, farinks, larinks, dan trakea (R.D.Frandson, 1992). Pemeriksaan nafas dengan menghitung frekuensi dan memperhatikan kualitasnnya dengan :
- Melihat kembang kempisnya daerah toraco-abdominal.
- Menempelkan telapak tangan didepan cuping hidung.
Selama respirasi yang relatif tenang, kontraksi diafragma cukup mampu membesarkan toraks. Kontraksi bagian muskular dari diafragma mendorong isi abdomen ke arah kaudal, jadi meningkatkan panjang (volume) toraks. Gerakan respirasi dapat direkam dengan menggunakan alat yang responsif terhadap perubahn tekanan di dalam rongga pleural atau di dalam trakea, contohnya adalah pneumograf, stetograf, atau pletismograf (R.D.Frandson, 1992). Frekuensi nafas normal sapi adalah 20-42 kali per menit.
Suhu Tubuh
 
Sebelum pemakaian turunkan kolom air raksa di dalam termometer sampai di bawah skala. Pemeriksaan dan perhitungan suhu tubuh dapat dilakukan dengan memasukkan ujung termometer ke lubang anus yang sebelumnya oleskan bahan pelicin pada ujung termometer. Selain itu pengerjaan ini juga dapat dilakukan pada rongga mulut (rongga pipi) apabila ada hal yang meragukan pada lobang anus misalnya radang anus lokal atau anus kendor.
Perhitungan setelah pemasangan termometer selama ± 3 menit. Untuk perlakuan pada rongga mulut perlu diperhatikan adanya evaporasi (penguapan), oleh karena itu perlu penambahan 0.5 ºC. Suhu tubuh normal pada sapi adalah 37,6-39,2 ºC.
Selaput Lendir
 
Conjunctiva
Inspeksi keadaan selaput lendir, apakah terjadi perubahan warna ataukah terdapat lesi disekitarnya. Pada pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat conjunctiva palpebrum dengan menggeser ke atas kelopak mata atas dengan ibu jari, kemudian gantikan ibu jari dengan telunjuk dan sedikit ditekan. Perlakuan ini juga berlaku pada kelopak mata bawah.
 
 Selaput lendir hidung, mulut dan vulva
Seperti pada pemeriksaan conjunctiva yaitu dengan memperhatikan warna dan kelembaban selaput lendir hidung, mulut, dan vulva dengan membukanya. Pada saat membuka mulut lakukan juga pemeriksaan CRT (Capilary Refil Time/Waktu terisinya kembali kapiler), dengan cara menekan gusi dan melepaskan kembali. Pada saat pemeriksaan CRT hitunglah waktu kembalinnya warna gusi dari putih menjadi merah.
Mata
 
Pemeriksaan umum yang terakhir yaitu memperhatikan apakah ada vasa injeksi atau mungkin ada lesi-lesi pada episclera/conjunctiva bulbi. Geser kelopak mata atas dan bawah untuk memudahkan memeriksa cornea, camera oculi anterior, iris, lensa crystalina, retina, dan fundus. Pemeriksaan bola mata dari sebelah muka dan samping.Dengan cara sepert diatas akan dapat diketahui / dibedakan dimana letak lesi, apakah terletak pada cornea, apakah terletak pada cornea, atau apakah terletak pada bagian sebelah belakang. Dengan alat bantu opthalmoscope dapat dilakukan pemeriksaan retina dan fundus

Subscribe to receive free email updates: