Penggunaan Antibiotika di Peternakan

Penggunaan Antibiotika di Peternakan

Antibiotika digunakan untuk hewan sebagaimana digunakan pada manusiayaitu untuk mencegah dan mengobati infeksi. Manfaat pengobatan denganantibiotika antara lain membasmi agen penyakit (Butaye
et al., 2003) menyelamatkan hewan dari kematian, mengembalikan kondisi hewan untuk berproduksi kembali dalam waktu yang relatif singkat, mengurangi/menghilangkan penderitaan hewan dan mencegah penyebaran mikroorganisme kealam sekitarnya yang dapat mengancam kesehatan hewan dan manusia (Adam,2002).

Penemuan antibiotika membawa dampak besar bagi kesehatan manusiadan ternak. Seiring dengan berhasilnya pengobatan dengan menggunakanantibiotika, maka produksinya semakin meningkat (Phillips et al., 2004). Padaindustri peternakan pemberian antibiotika selain untuk pencegahan dan pengobatan penyakit, juga digunakan sebagai imbuhan pakan (feed additive)untuk memacu pertumbuhan (growth promoter), meningkatkan produksi, danmeningkatkan efisiensi penggunaan pakan (Bahri et al., 2005).

Di Eropa ada beberapa antibiotika yang diperbolehkan digunakan sebagaiimbuhan pakan seperti olaquinodik, basitrasin, flavomisin, monensin, salinomisin,tilosin, virginiamisin, avoprasin, dan avilamisin. Sejak tahun 1999, antibiotikaolaquinodik, basitrasin, tilosin, dan virginiamisin sudah dilarang digunakansebagai imbuhan pakan (Butaye et al., 2003). 

Berdasarkan Feed AdditiveCompendium, ada beberapa antibiotika yang direkomendasikan digunakan sebagaiimbuhan pakan pada pakan unggas dan hewan lain, seperti penisilin, basitrasin,streptomisin, eritromisin, tilosin, neomisin, tetrasiklin, oksitetrasiklin,klortetrasiklin, linkomisin, spiramisin, dan virginiamisin (Anonimus, 2002).Pemanfaatan antibiotika sebagai imbuhan pakan ternak juga banyakdigunakan di Indonesia. 

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Veteriner (Balitvet) Bogor menunjukkan bahwa 71,43% (5/7) pabrik pakan diKabupaten Bogor, Cianjur, Tangerang, Bekasi dan Sukabumi memberikantambahan antibiotika golongan tetrasiklin dan sulfonamida pada produk pakanayam (Bahri et al., 2005). Berdasarkan pengamatan di lapang, antibiotika yanglazim digunakan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit antara lainstreptomisin, kloramfenikol, doksisiklin, tetrasiklin, eritromisin, neomisin, tilosin,siprofloksasin, enrofloksasin, dan golongan sulfonamida. 

Antibiotika ini diberikandalam air minum pada ayam-ayam yang menunjukkan gejala sakit atau setelahvaksinasi (Kusumaningsih, 2007).Beberapa peneliti melaporkan bahwa dibutuhkan antibiotika dalam jumlah banyak untuk pengobatan, pencegahan, dan sebagai pemacu pertumbuhan padaternak penghasil daging. 

Pada tahun 2001 dilaporkan bahwa, di Amerika Serikatsetiap tahun membutuhkan sebanyak 900 ton antibiotika untuk pengobatan dansebanyak 11.200 ton antibiotika untuk non pengobatan pada hewan, sedangkanantibiotika yang digunakan untuk pengobatan pada manusia hanya digunakan1.300 ton (Phillips et al., 2004).

Kebutuhan antibiotika untuk pakan dan pengobatan tahun 2001 sebesar502,27 ton, kemudian meningkat menjadi 5.574,16 ton pada tahun 2005(Ditjenak, 2006). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penggunaanantibiotika dalam dunia peternakan berkisar antara lain 80% digunakan untukunggas, 75% pada peternakan babi, 60% pada peternakan sapi potong dan 75%antibiotika digunakan dalam peternakan sapi perah masyarakat (Crawford andFranco, 1994).

Dari kenyataan di lapang, dipastikan bahwa pemakaian antibiotika pada peternakan ayam cenderung berlebihan dan kurang tepat. Beberapa penelitimengkhawatirkan bahwa penggunaan antibiotika secara terus-menerus dan dalamwaktu lama melalui air minum atau pakan dalam konsentrasi rendah akan memicuterjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotika pada ternak (Butaye et al.,2003).

Menurut Barber et al.(2003) berdasarkan laporan World Health Organizationmenunjukkan bahwa munculnya fenomena resistensi antimikroba pada bakteri patogen disebabkan oleh pemakaian antimikroba yang salah pada ternak dan padasaat ini resistensi antimikroba pada ternak dan hasil produksinya (susu, dagingdan telur) telah menjadi masalah global di seluruh dunia.

Subscribe to receive free email updates: