Ternak Sapi Sebagi Sumber Penghasilan

Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung, mengungkapkan sektor peternakan sapi semakin diminati masyarakat setempat karena dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi.

"Diliriknya peternakan sapi sebagai salah satu sektor perekonomian karena sudah terbukti menguntungkan karena selama ini kebutuhan konsumsi daging masih mengandalkan pasokan luar daerah," ujar Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bangka Barat, Suhadi di Muntok, Senin.

Ia menjelaskan, memelihara sapi memiliki keuntungan selain bisa menjual sapi untuk dikonsumsi, kotorannya juga sangat bermanfaat untuk dijadikan pupuk organik yang banyak diminati petani.

"Struktur tanah setempat banyak mengandung pasir dengan unsur hara rendah sehingga dibutuhkan pupuk organik cukup banyak untuk mengembalikan kesuburan tanah," kata dia.

Menurut dia, animo masyarakat mengembangkan ternak sapi dapat dilihat dari bertambahnya jumlah kelompok tani di daerah itu.

"Untuk tahun ini bertambah lima kelompok peternak, dua kelompok di Desa Mislak dan masing-masing satu di Air Gantang, Nyikep serta Kelapa, dan kami yakin ke depan akan tumbuh banyak lagi kelompok peternak baru," katanya.

Indikasi tersebut, kata dia, dapat dilihat dari banyaknya proposal pengajuan bantuan bibit sapi yang sudah diterima pemkab setempat yang saat ini sudah mencapai puluhan proposal.

Ia menambahkan, lima kelompok baru tersebut pada awal 2012 mendapatkan bantuan masing-masing 20 ekor sapi, namun saat ini sudah berkembang menjadi 27 ekor sapi per kelompok.

"Selain mengharapkan mendapat kotoran untuk pupuk, anggota kelompok tersebut juga ada yang sekedar menyalurkan kesenangan," ujarnya.

Menurut dia, daerah yang memiliki sekitar 80 persen lebih penduduknya bermata pencaharian petani dan pekebun tersebut memang potensial untuk mengembangkan peternakan sapi dan ternak lainnya.

"Kalau dihitung potensi, lebih dari 90 ribu ekor sapi dapat dikembangkan di Bangka Barat dengan pola integrasi ternak-kebun dan ternak-pertanian," kata dia.

Pola integrasi sapi-sawit, sapi-karet, sapi-lada dan sapi-sawah bisa dikedepankan untuk meningkatkan populasi sapi dalam upaya menjadi lumbung sapi nasional.

Menurut dia, luas perkebunan kelapa sawit milik perusahaan lebih dari 40 ribu hektare, milik masyarakat lebih dari 15 ribu hektare, luas perkebunan karet 24 ribu hektare lebih, lada lima ribu hektare dan pertanian lebih dari 1.200 hektare.

"Satu ekor sapi hanya butuh pakan rumput satu hektare per tahun, jadi jika ingin dikembangkan bisa mencapai 90 ribu ekor sapi," kata dia. 

Dengan potensi besar tersebut, pihaknya terus melakukan berbagai peningkatan keterampilan peternak dengan mengoptimalkan petugas penyuluh, budi daya yang efektif dan efisien serta memberikan bantuan induk sapi dan pengolahan pupuk organik.

"Kami yakin setelah ada bukti nyata dari kelompok peternak beserta pemanfaatan kotoran sapi untuk pupuk dan sumber energi seperti yang dikembangkan di Kecamatan Jebus, banyak warga yang akan melirik sektor peternakan sebagai salah satu mata sektor ekonomi," kata dia.

Subscribe to receive free email updates: