Program Pemerahan
1. Pendahuluan
Imbalan usaha sapi perah adalah memanen hasil susu. Sekresi susu adalah proses yang berkesinambungan, sedangkan panen biasanya terjadi dua kali sehari. Karakteristik pemerahan yang baik meliputi pemerahan pada interval teratur; pemerahan cepat, lengkap, dan tidak kasar; menggunakan prosedur saniter; dan efisien meng-gunakan tenaga kerja. Penggunaan prosedur ini secara tetap akan memberi hasil susu banyak dan berkualitas tinggi, mastitis kurang, masa produksi lebih panjang, dan keuntungan lebih tinggi per sapi.
Pemerahan membutuhkan banyak tenaga kerja (kira-kira 55 %) dibandingkan kerja lain di peternakan sapi perah. Perkembangan peralatan pemerahan dan rancangan fasilitas pemerahan telah berkembang cepat, tetapi jumlah sapi yang diperah di USA tidak juga berubah sejak pengenalan ruang perah merusuk. Akan tetapi, penemuan terakhir alat pencuci ambing otomatik dan mesin perah otomatik menjanjikan peningkatan efisiensi pemerahan.
2. Refleks Pengeluaran-susu
Sejunlah kecil susu yang terdapat di dalam sisterne dan pembuluh besar ambing dapat keluar setelah melewati daya tahan otot spinkter yang mengelilingi saluran keluar puting. Akan tetapi, sebagian besar susu yang terdapat dalam ambing harus dipaksa keluar dari alveoli dan pembuluh kecil susu dengan pengaktivan refleks neoro-hormonal yang disebut pelepasan/pengeluaran susu (milk ejection) atau penurunan susu (milk let down).
Refleks pengeluaran susu meliputi aktivasi syaraf di kulit puting yang sensitif terhadap sentuhan atau temperatur. Rangsangan syaraf melalui sumsum tulang belakang sampai ke nuklei paraventrikuler dari hipotalamus dan kemudian berjalan ke pituitari posterior tempat dilepaskannya oksitosin ke dalam aliran darah. Oksitosin menyebar di kapiler dan menyebabkan kontraksi sel myo-epitelial yang mengelilingi alveoli dan pembuluh-pembuluh lebih kecil. Aksi pemerahan ini meningkatkan tekanan intramamari dan memaksa susu melalui pembuluh pergi ke sisterne puting dan ambing.
Kontraksi sel myo-epitelial terjadi dalam 20-60 detik setelah perangsangan puting. Pelepasan kedua oksitosin dapat terjadi, tetapi lebih sukar dari pelepasan pertama, dan biasanya respon tidak terjadi secara penuh. Setelah pelepasan oksitosin aliran susu berkurang sesuai dengan waktu, tanpa memperhatikan jumlah susu dalam ambing. Hal ini mungkin karena kelelahan sel myo-epitelial atau ketidakaktivan oksitosin. Fakta menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk setengah aktivitas oksitosin di dalam darah sapi menghilang hanya dalam 1-2 menit, dan level efektif berakhir dalam 6-8 menit. Karena itu, merupakan hal yang penting mengeluarkan susu dengan cepat saat oksitosin menyebabkan kontraksi sel myo-epitelial.
Ada bukti bahwa sebelum oksitosin dilepaskan, rangsangan syaraf berjalan langsung dari puting melalui sumsum tulang belakang ke otot halus di pembuluh besar ambing. Otot-otot halus ini kemudian berkontraksi. Keadaan ini menyebabkan pembuluh ambing memendek dan membesar serta membantu mengalirkan susu melalui sistem pembuluh ke arah sisterne. Sel myo-epitel berkontraksi sebagai respon terhadap rangsangan mekanis langsung. Karena itu, pemijatan ambing sebelum pemerahan menyebabkan tambahan sejumlah susu dari alveoli.
Rangsangan luar selain pencucian akan mengawali refleks pengeluaran-susu. Rangsangan terkuat untuk melepaskan oksitosin adalah kehadiran pedet. Rangsangan lain yang berhubungan dengan pemerahan adalah suara ribut, pemberian pakan, keberadaan pemerah, dan koitus.
Refleks pengeluaran-susu dapat dihambat juga. Bila hal ini terjadi, hanya sejumlah kecil susu yang dapat dikeluarkan dari ambing. Keadaan lingkungan yang tidak menyenangkan saat pemerahan akan menyebabkan sistem syaraf simpatetik membebaskan epineprin syaraf-hormon dari medula adrenal ke dalam darah. Epineprin adalah vasokonstriktor kuat yang mampu mengurangi pasokan darah ke ambing dan karena itu menghalangi oksitosin sampai ke sel myo-epitelial dalam jumlah yang cukup untuk menghasilkan kontraksi. Injeksi oksitosin pada saat ini tidak efektif. Beberapa bukti juga menunjukkan bahwa epineprin dapat langsung menghambat sel myo-epitelial merespon oksitosin. Hambatan refleks juga terjadi bila ambing berisi penuh susu. Pada kasus ini, aliran darah kapiler berkurang sangat banyak sehingga oksitosin tidak bertahan lama di myo-epitelium.
Jika peternak tenang maka peternak akan menguasai sebagian besar sapi. Beberapa sapi tidak merespon kebaikan, dan sapi seperti ini sebaiknya diapkir karena dapat menyebabkan sapi lain terganggu.
Gangguan emosional yang terjadi sebelum pengaktivan refleks pengeluaran-susu dapat mencegah pelepasan oksitosin dari pituitari posterior. Pada keadaan ini, injeksi oksitosin akan menyebabkan sel myo-epitelial berkontraksi sehingga vasokonstriksi tidak terjadi. Ini adalah contoh penghambatan refleks pada taraf sistem syaraf pusat. Tipe penghambatan tersebut paling sering ditemui pada dara yang beranak pertama kali dan kemudian masuk ke masa produksi. Injeksi oksitosin pada beberapa kali pemerahan dapat mengatasi hal ini. Hal penting yang harus diingat adalah produksi seluruh laktasi berkurang karena pemerahan tak lengkap.