Dampak Pemberdayaan Kelembagaan Tani

Dampak Pemberdayaan Kelembagaan Tani

Besadasarkan hasil kajian menunjukkan bahwa pembedayaan petani kooperator melalui sistem usahatani ternak kambing terjadi perubahan perilaku petani dalam pemeliharaan ternak kambing. Hal ini menunjukkan perubahan pola pemeliharaan kambing dari ekstensif menjadi semi intensif yaitu pola dikandangkan (70,8%), campuran yaitu antara ikat pindah, dikandangkan dan digembalakan (25%) dan digembalakan menurun menjadi (4,2%). Peluang peningkatan produksi ternak kambing dapat dilakukan dengan pemberdayaan kelembagaan tani dan lembaga pendudukung dalam sistem agribisnis ternak kambing di lahan kering sehingga memungkingkan usaha ternak kambing sebagai sumber pendapatan utama rumah tangga petani.

Strategi untuk meningkatkan pendapatan petani kecil adalah dengan memadukan antara kegiatan usahatani tanaman, usaha ternak kambing, kegiatan luar usahatani serta luar pertanian ke dalam suatu sistem sehingga terbemtuk aliran permodalan antara sub sistem guna menjamin produktivitas sistem, ketahanan dan keberlanjutan sistem usahatani ternak kambing di lahan kering.

Reaksi dan motivasi petani untuk menerima teknologi anjuran serta untuk mencoba beberapa komponen teknologi relatif baik. Sebagian besar petani memilih pola usaha pembibitan kambing relatif bervariasi atantara lain karena cepat menghasilkan sehingga dapat meningkat populasi kambing yang dipelihara, mudah dipelihara dan cepat di jual. Orientasi petani pada usaha pembibitan adalah untuk mendapatkan anak kambing yang setiap saat dapat dijual guna memenuhi kebutuhan keluarga maupun untuk modal usaha pangan.

Usaha pembesaran merupakan bagian dari usaha pembibitan. Anak yang dihasilkan tidak langsung dijual akan tetapi dibesarkan dulu hingga mencapai usia sapih. Selanjutnya anak-anak kambing yang lepas sapih atau yang telah dewasa kelamin baru mulai dijual. Pemasaran bagi bakalan juga relatif tidak sulit karena kambing bakalan merupakan spesifikasi yang diminta oleh rumah makan dan restoran. Antara usaha pembibitan dan penggemukan tidak dapat dipisakan dalam membangun kelembangan pengembangan ternak kambing. Kebutuhan ternak bakalan bersifat musiman, karena petani yang memiliki usaha penggemukan telah menetapkan waktu tertentu untuk membeli bakalan. Hal ini tingginya permintaan pasar pada waktu-waktu tertentu seperti Hari Raya Idul Adha, lebaran dan lainnya mencapai 3000 – 5000 ekor.

Tingkat penerapan teknologi pemeliharaan ternak kambing oleh petani kooperator jauh lebih baik dibandingkan dengan petani non kooperator. Hal ini sangat terkait dengan bimbingan dan pengawalan teknologi yang dilakukan. Kemampuan petani untuk menerapkan teknologi secara baik tidak hanya ditentukan oleh faktor internal induvidu melainkan juga sangat ditentukan oleh faktor eksternal seperti penyebaran informasi inovasi melalui program penyuluhan, pemderdayaan kelembagaan, pendampingan petani yang berkelanjutan dan dukungan kebijakan pemerintah.

Perubahan faktor internal individu petani sangat ditentukan oleh perubahan kondisi faktor eksternal yang berkaitan dengan usaha ternak kambing yang dilakukan. Tingkat kesulitan komponen teknologi anjuran juga berhubungan dengan kemampuan petani untuk menerapkan teknologi. Sebagian besar petani menyatakan bahwa komponen teknologi atau unsur-unsur teknologi yang dianjurkan tidak sulit dan relatif mudah dilakukan namun dalam penerapan teknologi tersebut sangat tergantung pada ketersediaan tenaga kerja dan modal yang dimilki.

Subscribe to receive free email updates: