Di masa yang lalu, para peternak sapi perah tradisional lebih banyak menggantungkan usahanya terhadap manfaat hasil penggunaan tiga sumberdaya, yaitu: ternak, tanah, dan tenaga kerja, sedangkan sumberdaya modal dan manajemen belum mendapat perhatian atau diabaikan. Sejalan dengan kebutuhan yang semakin meningkat, setiap kegiatan mengarah ke modernisasi usaha, maka kebutuhan akan modal dan manajemen sangat dirasakan keperluannya, sehingga menjadikan suatu ciri khas dalam usaha peternakan sapi perah di masa sekarang. Dengan demikian, penggabungan seluruh sumberdaya tersebut (5 sumber pokok) dalam suatu kesatuan yang utuh, merupakan langkah yang harus diambil oleh peternak dalam melaksanakan proses produksi untuk mencapai tigkatan yang diharapkan dan menguntungkan.
Berbicara mengenai manajemen, para ahli telah banyak mendefinisikannya. Namun demikian, walaupun berbeda versi menurut visi keahliannya, akan tetapi secara harfiah mempunyai kesamaan pengertian. Bahwa manajemen adalah merupakan paduan seni (art) dan ilmu (science), seni dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang khas dimiliki secara alami (bawaan), sedangkan ilmu adalah kemampuan seseorang hasil dari pendidikan dan pengalaman di dalam menyelenggarakan suatu proses yang berkaitan dengan pemeliharaan (perawatan), pengelolaan (pengurusan), dan pengontrolan (pengawasan) terhadap suatu objek untuk mencapai suatu maksud dan tujuan.
Betapa pentingnya aspek manajemen ini, maka dalam dunia usaha khususnya dalam bidang peternakan sapi perah, faktor tersebut dapat membawa ke arah keberhasilan atau kebangkrutan usaha. Oleh karena itu, manajemen merupakan kunci kegiatan yang sepenuhnya bergantung pada kualitas manusianya sebagai subjek pemeran utama. Aspek manajemen tidak dapat dihitung jumlahnya dan juga sulit untuk mengukur keterampilan manajemen secara parsial. Penilaian dapat dilakukan hanya berdasarkan hasil akhir dari suatu kegiatan, apakah manajemennya baik atau buruk.
Betapa pentingnya aspek manajemen ini, maka dalam dunia usaha khususnya dalam bidang peternakan sapi perah, faktor tersebut dapat membawa ke arah keberhasilan atau kebangkrutan usaha. Oleh karena itu, manajemen merupakan kunci kegiatan yang sepenuhnya bergantung pada kualitas manusianya sebagai subjek pemeran utama. Aspek manajemen tidak dapat dihitung jumlahnya dan juga sulit untuk mengukur keterampilan manajemen secara parsial. Penilaian dapat dilakukan hanya berdasarkan hasil akhir dari suatu kegiatan, apakah manajemennya baik atau buruk.
Khusus dalam bidang peternakan sapi perah, terdapat istilah general management (tatalaksana peternakan) dan practical management (tatalaksana rutin peternakan). General management adalah pengelolaan semua faktor produksi, termasuk pemasaran, sedangkan practical management adalah tatalaksana rutin yang dijalankan sehari-hari yang berkaitan dengan ternaknya. Secara umum penilaian dan keberhasilan dalam peternakan sapi perah yang telah dijalankan oleh peternak, dapat digambarkan atau ditinjau dari berbagai aspek dalam proses budidaya peternakan, sebagai berikut:
1. Aspek Produksi
1. Aspek Produksi
Tingkat produksi susu per ekor tinggi, tetapi secara ekonomi masih tetap berada dalam batas-batas yang menguntungkan
Produksi susu per tenaga kerja mencapai rasio (imbangan) yang tinggi
Jumlah sapi yang dipelihara cukup banyak, tetap selalu dalam imbangan yang menguntungkan
Produksi hijauan (tanaman makanan ternak) per hektar cukup banyak, sehingga memungkinkan tersedia sepanjang tahun
2. Aspek Reproduksi
Setiap ekor sapi perah dewasa beranak tiap tahun dengan selang beranak tidak lebih dari 14 bulan
Semua aspek reproduksi yang bernilai ekonomis (masa kosong, service per conception, conception rate, umur pertama kawin, dan umur beranak) selalu dipertahankan pada tingkat yang efisien menguntungkan
Setiap pedet yang dilahirkan tumbuh normal dan tingkat pertumbuhan sesuai dengan umurnya
Selalu tersedia sapi pengganti (replacement stock) dengan umur dan bobot badan yang seragam
3. Aspek Ekonomi
3. Aspek Ekonomi
Tingkat keuntungan (profit) per ekor sapi selalu dapat dipertahankan tinggi, berarti investasi pada setiap ekor sapi perah tetap berada pada tingkatan rendah
Tenaga kerja digunakan secara efisien pada berbagai sektor produksi, sehingga ongkos tenaga kerja yang dikeluarkan cukup memadai
Perhitungan dan penggunaan modal (capital) dilakukan secara tepat dan efisien terhadap unit-unit produksi
Kualitas produksi selalu dapat dipertahankan, sehingga nilai jual tinggi
4. Aspek Fasilitas
4. Aspek Fasilitas
Pengadaan sarana dan fasilitas dalam jumlah yang memadai dan efisien dalam penggunaannya
Penempatan perkandangan dan bangunan-bangunan lainnya diatur secara strategis dan efisien bagi para tenaga kerja, serta luasnya sesuai dengan kebutuhan
Pelaksanaan dan penggunaan semua catatan (recording) dari setiap kegiatan dilakukan secara teratur dan akurat, sehingga dapat mempermudah dan memperlancar evaluasi, serta pembuatan keputusan yang bersifat manajemen (managerial)
Apabila keadaan tersebut dapat dilaksanakan oleh para peternak sapi perah, berarti para peternak tersebut telah mampu atau tingkat manajemennya baik, sehingga tingkat keuntungan peternak selalu dapat dipertahankan. Sebaliknya, apabila aspek manajemen tersebut diabaikan atau kurang mendapat perhatian, sekalipun dalam peternakan itu menggunakan sapi-sapi yang unggul dan mendapat bahan makanan yang berkualitas baik, maka tingkat produksi akan tetap rendah atau tingkat keuntungan tetap sedikit (rendah). Oleh karena itu, baik tidaknya pelaksanaan kegiatan usaha yang berhubungan dengan aspek manajemen tersebut sepenuhnya bergantung pada kemampuan, keterampilan, dan wawasan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh peternak/manager.
Seorang peternak mempunyai status/kedudukan sebagai pemimpin, peng-awas, dan pemelihara (pengusaha) yang senantiasa mengharapkan keuntungan dari usahanya. Oleh karen itu, peternak adalah faktor penentu untuk mengoperasikan suatu usaha peternakan. Akan tetapi. Pada kenyataannya hal tersebut sering terlupakan, terutama pada peternakan-peternakan skala kecil. Hal ini disebabkan karena:
Tekanan/desakan kemanjuan ilmu pengetahuan
Kemajuan teknologi dan produk-produk teknologi, seperti embryo transfer dan ransum jadi
Program perbaikan mutu genetik
Oleh karena itu, dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi, jika seorang peternak tidak berusaha untuk mengikutinya, maka usaha peternakannya akan ketinggalan.
Kemampuan dan keterampilan seorang peternak/manager akan berpengaruh terhadap hasil yang dicapai peternakan sapi perah, kemampuan tersebut antara lain mencakup beberapa aspek, yaitu:
1. Kemampuan peternak untuk mendapatkan dan menjual ternak yang baik
2. Kemampuan untuk meningkatkan mutu sapi yang dimilikinya
3. Kemampuan cara mengatasi kejadian-kejadian stress sapi perah dan memper-tahankan kesehatan sapi perahnya
3. Kemampuan cara mengatasi kejadian-kejadian stress sapi perah dan memper-tahankan kesehatan sapi perahnya
4. Kemampuan untuk mengefisienkan pakan yang diberikan pada seluruh kondisi ternak
5. Kemampuan untuk mengetahui dan memahami ekspresi potensi genetik sapi perah dan cara memanfaatkan kemampuan secara optimum
6. Kemampuan untuk mempertahankan kualitas dan kuantitas produksi susu yang baik dan menguntungkan
7. Kemampuan untuk mengelola dan mengefisienkan tenaga kerja di peternakannya
8. Kemampuan untuk menjalin hubungan dengan para peternak lainnya dan dengan lembaga atau instansi terkait, baik secara langsung maupun secara tidak langsung
9. Kemampuan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal dan sikap dalam menghadapi resiko kerugian
Dengan demikian, kualitas seorang peternak/manager peternakan sapi perah sangat diperlukan, karena merupakan faktor utama sebagai unsur pelaksana kegiatan yang dapat menentukan berhasil-tidaknya suatu usaha.
Secara garis besarnya, seorang peternak/manager dapat dinilai berhasil dengan baik jika dilihat dari segi:
a. Skala usaha atau jumlah sapi yang dipelihara semakin berkembang dalam proporsi atau rasio ternak yang menguntungkan
b. Keberhasilan menggunakan metode usaha yang baik, sehingga selalu memberikan jaminan dari usahanya yang kurang menguntungkan menjadi suatu usaha yang lebih menguntungkan
a. Skala usaha atau jumlah sapi yang dipelihara semakin berkembang dalam proporsi atau rasio ternak yang menguntungkan
b. Keberhasilan menggunakan metode usaha yang baik, sehingga selalu memberikan jaminan dari usahanya yang kurang menguntungkan menjadi suatu usaha yang lebih menguntungkan
Kualitas seorang peternak/manager selain dapat dinilai berdasarkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuannya, juga diperlukan tambahan yang berkaitan dengan sikap dan kepribadiannya, serta kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dapat membawa keberhasilan.
Adapun sikap dan kepribadian yang dituntut dari seorang peternak/manager adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kecintaan yang besar terhadap sapi-sapi yang dipeliharanya. Sikap ini timbul baik secara alami (bawaan) ataupun bisa timbul karena merasa memiliki dan menyayanginya. Sikap tersebut akan memudahkan dalam mengelola ternak, karena secara tidak langsung akan tersalurkan kepada ternak-ternaknya, sehingga akan lebih jinak dan penurut. Setelah timbul saling pengertian dan kerjasama antara peternak dan ternak yang dipeliharanya, maka secara bersama akan menikmati hasilnya
2. Memiliki kepribadian yang teguh, rajin, dan tekun bekerja
3. Bijaksana dan cukup pengalaman dalam berbagai tindakan, sehingga keputusan-keputusan manajerial selalu tepat
4. Percaya diri akan kemampuannya
Sebagai tambahan yang berkaitan dengan kualitas seorang peternak/manager yang berhasil adalah mereka mimiliki beberapa karakteristik (sifat khas) sebagai berikut:
1. Sikap / Pendirian. Mereka positif, percaya, optimistik, dan fleksibel. Mereka mempunyai satu sikap “dapat mengerjakan” yang memungkinkan mereka mencari jalan pemecahan daripada alasan me-ngapa tidak dapat diselesaikan. Mereka seperti orang lain dan orang yang suka dihubungkan dengannya. Mereka tahu bagaimana bekerja dengan orang. Mereka mengilhami dan memotivasi orang. Mereka bangga menjadi apa adanya mereka, bangga hubungannya dengan industri dan optimistik terhadap masa depannya dan industri.
2. Perencana. Mereka menyusun khusus, tujuan yang dapat dicapai, keuangan dan nonkeuangan, jangka pendek dan panjang. Mereka merencanakan dengan hati-hati alur pencapaian tujuan.
3. Pekerja. Mereka suka bekerja, baik fisik maupun mental, dan mereka mengetahui bahwa hal tersebut penting untuk memperoleh keberhasilan.
4. Pemikir. Mereka menggabungkan fakta, menilainya secara objektif, dan memperhatikan alternatif sebelum tiba pada tujuan. Mereka selalu mencari ide, tekhnik, dan metode baru yang memampukan mereka mengerjakan sesuatu secara efektif atau lebih produktif.
5. Penilai. Mereka selalu menilai catatan, usaha, dan performa ternak, mencari alur lemah. Bila kelemahan dapat ditandai, manajer yang sukses menentukan prioritas dan memperbaikinya. Mereka menilai kemajuan keseluruhan terhadap pencapaian tujuan, dan, bila kemajuan lambat atau tidak ada, mereka memperbaiki rencananya untuk meningkatkan kemajuan.
6. Pandangan ke depan. Mereka mempunyai kemampuan untuk menduga masalah dan menghindarinya. Jadi mereka menghindari usaha terpaksa saat keputusan tergesa-gesa tanpa evaluasi hati-hati yang dapat merugikan.
7. Pengetahuan. Mereka mempunyai pengetahuan menyeluruh dan mutakhir dalam hal per-sapiperah-an. Mereka membuktikan bahwa penelitian melengkapi terus menerus pengetahuan baru yang dapat diterapkan kepada persapiperahan untuk meningkatkan produktivitas dari sapi dan tenaga kerja. Mereka membaca, menulis, dan bepergian untuk menjaga kemutakhiran.
7. Pengetahuan. Mereka mempunyai pengetahuan menyeluruh dan mutakhir dalam hal per-sapiperah-an. Mereka membuktikan bahwa penelitian melengkapi terus menerus pengetahuan baru yang dapat diterapkan kepada persapiperahan untuk meningkatkan produktivitas dari sapi dan tenaga kerja. Mereka membaca, menulis, dan bepergian untuk menjaga kemutakhiran.