TRICHOMONOSIS SAPI

Sinonim 
Bovine Trichomonosis 
Bovine Genital Trichomonosis 
Bovine Trichomonad Abortion 

ETIOLOGI 
TRICHOMONOSIS pada SAPI disebabkan oleh Trichomonas foetus (Reidmuller, 1928), Wenrich & Emmerson (1933) (1) dengan sinonim : Trichomonas (uterovaginalis vitulae, bovis, genitalis, bovines dan mazzanti) (1,2) 

MORFOLOGI 
Berbentuk kumparan atau buah apokat dengan salah satu ujung membulat dan ujung lainnya meruncing berukuran panjang 10 – 25 mikron (1,2) dan lebar 5 – 15 mikron (1) 3 – 15 mikron (2). Memiliki inti tunggal berukuran besar dan didekatnya ditemukan blepharoplast. Sepanjang tubuhnya ditemukan axostyle yang berakhir menonjol lewat cincin kromatin dibagian posterior tubuh. Selain itu memiliki 3 flagella anterior, sebuah flagelum posterior yang bebas dan membrane undulans sepanjang tubuhnya (1,2), tidak memiliki pelta (2) 

SIFAT-SIFAT 
Trichomonas fetus dapat dibiakkan dalam “Cystein Peptone Ektrak Hati Maltose Serum (CPLM), “Beef Extract Glucose Peptone Serum” (BGPS), Media Diamond, Media “Tryticase Yeast Extract Maltose Cystein Serum” (TYM), Thioglycollate Broth plus 1% Beef Serum, Susu skim berisi antibiotika, biakan jaringan dan kantong korioallantois embrio ayam (2) 

EPIZOOTIOLOGI 
Kejadia di Indonesia, sebelumnya sudah lama diduga tetapi baru ditemukan oleh Mansjoer (1967) pada sapi perah di lembang (Bandung), tahun (1976) Sidik Mulyo menemukan pada sapi FH di Grati (Pasuruan-Jatim) (1) 

Hewan Rentan, sampai saat ini baru diketahui menyerang sapi (1), mungkin babi, kuda, roe deer (rusa tanduk) (2). Tertularnya kelompok ternak pada daerah yang baru oleh pejantan penderita, morbiditasnya bisa lebih dari 90%. Hewan percobaan labarotorium yang dapat ditulari T. foetus secara infeksi vagina antara lain hamster (Capricetus cricetus), golden hamster (Mesocricetus auratus), kelinci dan marmut, tetapi tikus putih dan tikus besar tidak bisa dipakai (1) 

Predileksi, pada hewan betina didalam saluran kelamin (vagina sampai uterus), jantan (rongga preputium, tetapi pada testes, epididimis dan vesika seminalis pernah dilaporkan) (2) 

Cara Penularan, melalui perkawinan, baik perkawinan alami atau perkawinan buatan (AI) (1) 

Kekebalan, sapi betina atau dara yang sembuh dari infeksi biasanya relatif kebal, walaupun reinfeksi dapat terjadi. Telah dilakukan penelitian (Honigberg, 1978), ditemukan galur serologik lebih dari satu (2) 

PENGENALAN PENYAKIT 
Gejala klinis, sukar ditentukan karena kurang jelas dan tidak spesifik. Umumnya baru diketahui apabila penyakit telah menyebar pada kawanan ternak dan fertilitas telah menjadi masalah. 

Gejala pada Sapi Betina, tergantung daya tahan sapi atau jumlah Trichomonas foetus yang menginfeksi. Pada sapi yang kurang peka morbiditasnya cuma 5 – 20%, serta kebuntingan terjadi secara normal WALAUPUN ada infeksi (bisa diisolasi) Trichomonas sp (1) 

Pada sapi yang peka morbiditasnya bisa mencapai 90% jika dikawinkan dengan pejantan terinfeksi. 

· 4-9 hari sesudah perkawinan parasit berkembang didalam vagina (teramati vulvovaginitis) (1,2) dan edema ringan pada vulva dan jaringan sekitarnya, selain itu kadang-kadang teramati eksudasi saluran kelamin sangat sedikit (atau pada kebanyakan kasus tidak ada eksudasi (1), parasit terbanyak ditemukan hari ke 14 – 18 setelah perkawinan (1,2). Kadang-kadang ditemukan vaginitis yang menahun (tampak mukosa vagina menjadi kasar seperti diparut) gejala tersebut oleh beberapa ahli dikatakan patognomonis (1) 

· Dari vagina protozoa akan bermigrasi menuju uterus melewati cervix (terjadi cervicitis) ringan (1), dan setelah itu Trichomonas sp dapat menghilang dari vagina atau menetap didalam vagina (menyebabkan peradangan cataralis ringan) (2) 

· Setelah sampai didalam uterus : 
jika hewan bunting dengan umur 1 – 16 minggu dapat terjadi keguguran, keguguran dengan masa kebuntingan setelah 5 bulan sangat jarang terjadi dan kebuntingan diatas 6 bulan tidak akan terjadi keguguran (1,2). Jika plasenta dan selaput fetus keluar saat abortus, maka sapi akan sembuh secara spontan, tetapi jika ada yang tertinggal di dalam uterus maka akan terjadi endometritis cataralis yang menahun atau endometritis purulenta yang berakibat terjadinya kemandulan permanen. Infeksi pada sapi bunting tidak selalu terjadi abortus, tetapi fetusnya mati dan mengalami maserasi didalam uterus sehingga terjadi pyometra dan uterus dapat berisi beberapa liter cairan berwarna putih keabu-abuan yang banyak mengandung Trichomonas sp. Jika tidak ada infeksi bakteri, cairan ini hampir tidak berbau, sapi yang menderita pyometra jarang mengalami birahi (peternak menganggap sapinya bunting) (2). 

Jika hewan tidak bunting bisa terjadi pyometra (teramati pengeluaran nanah secara tidak teratur). Eksudat vagina bersifat cair, jernih atau keruh bercampur gumpalan-gumpalan nanah dapat ditemukan Trichomonas foetus. Pyometra, ≤ 10 % sapi terinfeksi dapat ditemukan pyometra, dengan gejala klinis sapinya tidak birahi sehingga oleh pemilik dianggap hewannya bunting. Pyometra ditemukan post coetal dan bukan post partum. Nanah (pyometra) khas karena tidak berbau atau berbau amis (1) 

· Gejala yang sangat umum selain gejala diatas adalah infertilitas (meningkatnya jumlah perkawinan yang diperlukan untuk menghasilkan sekali konsepsi) dan sering kali terjadi perpanjangan jarak antara berahi ke berahi berikutnya. Hampir 40% (1) siklus birahinya tidak teratur (1,2) 

Gejala pada Sapi Jantan. 
Umumnya bersifat menahun tanpa memperlihatkan gejala klinis yang jelas. Umumnya teramati selaput lendir preputium membengkak disertai sekresi mukopurulen alat kelamin dan dapat pula terlihat adanya peradangan pada skrotum dan penisnya. 
Pembuluh limfe dan folikelnya membengkak serta membentuk nodul yang berwarna merah. 
Jika sapi jantan tersebut akan dikawinkan, menampakkan gejala takut kawin karena menahan sakit. Sekali sapi jantan terinfeksi Trichomonas fetus, seumur hidup sapi tersebut mengandung parasit tersebut (1) 

Patologi Anatomi 
Secara patologi Anatomi, tidak menimbulkan kelainan yang khas, biasanya hanya teramati placentitis dan endometritis. Pada bagian lain dari placenta terlihat bagian yang menebal dan ditutupi oleh eksudat kental berwarna kekuningan. Di dalam kotiledon ditemukan sarang-sarang nekrosa dan perdarahan-perdarahan. Bila fetus masih tertinggal didalam uterus, biasanya ditemukan dalam keadaan maserasi (1) 

Diagnosa
Diagnosa didasarkan anamnesa dan tanda-tanda klinis (1), juga bisa dilakukan Uji Aglutinasi Lendir, Uji Kulit (2) tetapi diagnosa pasti dengan menemukan Trichomonas foetus dari pemeriksaan laboratoris (1) 

Diagnosa Banding 
Abortus pada Trichomonosis hampir sama dengan yang disebabkan oleh Vibriosis dan Brucellosis (terjadi pada tri semester I), sedangkan Leptospirosis terjadi setiap saat umur kebuntingan. Selain abortus pada Brucelloasis sering terjadi retensio scundinarum (1) 

TINDAKAN 
Pencegahan, sampai saat ini belum berhasil membuat sapi resisten (kebal) terhadap Trichomonas fetus (1) 

Pengobatan, pada sapi betina umumnya sembuh sendiri dan belum ada obat yang memuaskan untuk infeksi pada hewan betina. 

Pada hewan jantan adalah mahal, membosankan dan memerlukan waktu yang lama, maka disarankan sapi jantan disembelih saja, kecuali pada sapi jantan sangat berharga diberikan : salep (tripaflavin dan surfen) atau akriflavin dalam minyak dapat digosokkan kedalam penis dan preputium (sebelumnya dilakukan anastesi blocking syaraf pudendal) atau relaksasi otot retractor penis dengan bahan penenang. Pemijatan dilakukan selama 15 – 20 menit menggunakan 120 ml larutan berminyak. Selain itu 30 ml larutan akriflavin 1% harus diinjeksikan ke dalam uretra. Larutan Dimentridazola juga dapat dipakai (2).

Subscribe to receive free email updates: