PENGARUH
PEMBERIAN JUMLAH PAKAN TERBATAS TERHADAP PERFORMA PRODUKSI KELINCI REX
Husmy
Yurmiati
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
ABSTRAK
Pakan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan,
karena membutuhkan biaya yang besar, untuk dapat menghasilkan ternak dengan performa produksi
yang baik. Berbagai upaya yang dapat dilakukan, diantaranya pemberian jumlah
pakan yang dibatasi. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jumlah pakan yang dibatasi, namun
masih memberikan efek positif terhadap performa produksi kelinci. Penelitian
dilakukan secara experiment menggunakan Rancangan
Acak Lengkap dengan perlakuan 3 macam
jumlah pemberian pakan yaitu (P1 = 100 % kebutuhan, P2 = 80 % dari kebutuhan,
P3 = 60 % dari kebutuhan) masing-masing diulang 6 kali sehingga jumlah ternak
yang digunakan sebanyak 18 ekor kelinci rex jantan lepas sapih. Ransum yang
diberikan mengandung protein 16,86 % dengan energy 2593 kkal/kg, serat kasar
13,30 %. Data dianalisis dengan sidik
ragam, dan dilanjutkan dengan Uji Duncan. Peubah yang diukur adalah pertambahan
berat badan (g), bobot potong (g), persentase karkas (%) dan bobot kulit
mentah/pelt (g). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jumlah pakan
berpengaruh terhadap peningkatan pertambahan bobot badan, bobot potong, persentase karkas, dan bobot
kulit yang dihasilkan. Pemberian jumlah pakan 80 % dari kebutuhan menghasilkan performa produksi yang baik pada
ternak kelinci
PENDAHULUAN
Sasaran
pembangunan peternakan secara umum adalah penyediaan protein hewani,
peningkatan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan para petani peternak.
Untuk memenuhi kondisi tersebut kurang optimistik bila hanya dipenuhi oleh
ternak konvensional seperti ternak sapi dan domba, sehingga perlu dicari jenis
ternak lain yang mempunyai potensi cukup tinggi antara lain ternak kelinci.
Bila dibandingkan dengan ternak sapi, kelinci
mempunyai potensi cukup tinggi diantaranya tingkat reproduksi yang cepat,
efisien dalam menghasilkan daging, dalam satu tahun kelinci sudah dapat
menghasilkan 200 kg daging dari satu ekor jantan dengan 4 ekor betina siap
kawin, sedangkan pada sapi dengan berat badan awal 250 kg/ ekor untuk
mencapai penambahan produksi daging
dengan jumlah yang sama dicapai dalam waktu satu setengah tahun (Ensminger dan
Olentine, 1978). Potensi lainnya dari
ternak kelinci adalah efisien dalam
memanfaatkan pakan, produksi karkas cukup tinggi (50 – 60 %), dengan edible
meat sebesar 70 – 80 % dari karkas (Templeton, 1968), disamping itu dagingnya
putih, serat halus, kolesterol, sehingga
sering disebut daging sehat (Forrest et
al., 1975)
Kualitas dan kuantitas
ransum akan menentukan penampilan seekor ternak, bobot karkas akan meningkat
dengan meningkatnya protein dalam ransum. Produk utama kelinci adalah daging,
yaitu 80 % dari karkasnya dapat dikonsumsi sehingga ternak kelinci merupakan
penghasil daging yang efisien (Ensminger dan Olentine, 1978). Persentase karkas kelinci dipengaruhi oleh bangsa,
jenis kelamin, umur, ketebalan kulit, perlemakan, kuantitas serta kualitas
ransum yang dikonsumsi (Rao et al.,1978),
selanjutnya Forrest et al. (1975),
menyatakan bahwa perbedaan bangsa ternak memberikan keragaman pada kecepatan
pertumbuhan dan komposisi tubuhnya, bila bobot potong tinggi, maka bobot karkas
yang diperoleh akan tinggi pula.
Melihat potensi yang
dimiliki ternak kelinci tentu harus ditunjang oleh beberapa faktor diantaranya
pemberian pakan. Untuk mencapai produksi daging maupun kulit maka faktor pakan
menjadi penting, namun untuk memberikan pakan dengan kualitas dan kuantitas
yang baik dibutuhkan biaya yang tinggi, maka beberapa ahli akan mencari
altenatif dalam pemberian pakan tersebut yang paling efisien. Isaacks et al.(1960), mengemukakan bahwa
pemberian pakan dapat dilakukan dengan cara membatasi jumlah pakan yang
berenergi tinggi, membatasi jumlah konsumsi pakan, memberikan pakan dengan sistem
campuran tepung dan butiran, meningkatkan serat kasar pada campuran pakan atau
membatasi waktu makan.
Pemberian pakan harus cukup untuk mempertahankan
fungsi tubuh dan stimulasi pertumbuhan (Timothy, et al., 1984). Menurut Chen et al. (1970), bahwa efisiensi
penggunaan ransum pada ternak kelinci nyata dipengaruhi oleh umur potong, umur
sapih, tetapi tidak terjadi interaksi antara umur potong dengan umur sapih. Faktor pakan
erat kaitannya dengan kondisi seekor ternak, demikian pula terhadap kualitas
kulitnya. Ternak yang mendapatkan pakan yang baik akan menghasilkan kulit yang
tebal dan padat substansinya sehingga akan mempengaruhi bobot kulit yang
dihasilkan (Yurmiati, 1991), terdapat interaksi yang nyata positif antara bobot
kulit dengan bobot hidup. Dari uraian tersebut maka penelitian ini bertujuan
untuk mencari pengaruh jumlah pakan yang
diberikan dan tingkat pemberian pakan pada kelinci yang efisien dan
memberikan effek positif.
BAHAN
DAN METODE PENELITIAN
Penelitian
ini dilakukan secara eksperimen, menggunakan Rancangan
Acak Lengkap, dengan perlakuan 3 macam jumlah pemberian pakan yaitu P1 =
100 % dari kebutuhan, P2 = 80 % dari kebutuhan, P3 = 60 % dari kebutuhan,
masing-masing diulang 6 kali, sehingga jumlah ternak yang digunakan sebanyak 18
ekor kelinci rex jantan lepas sapih. Data yang diperoleh dianalisis statistik
menggunakan sidik ragam, dan untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan
dilanjutkan dengan Uji Duncan. Peubah yang diukur adalah pertambahan berat
badan (g), bobot potong (g), persentase
karkas (%) dan bobot kulit mentah/pelt (g). Ransum yang diberikan mengandung protein
16,86 % dengan energi 2593 kkal/kg, serat kasar 13,30 %. Setiap individu kelinci diletakkan
masing-masing dalam satu kandang, dengan secara acak, kandang dilengkapi tempat
pakan dan air minum.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Rataan hasil penelitian pengaruh perlakuan terhadap
performans produksi dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel
1. Rataan Hasil penelitian dari pengaruh jumlah pakan terhadap
produksi karkas dan
kulit
Peubah
|
Pemberian
Pakan (%)
|
||
100
|
80
|
60
|
|
Pertambahan
bobot badan (g)
|
21,80 (a)
|
20,49 (a)
|
17,27 (b)
|
Bobot
Potong (g)
|
2246,66 (a)
|
2156 (a)
|
1885,00 (b)
|
Prosentase
Karkas (%)
|
55,41 (a)
|
54,85 (a)
|
48,74 (b)
|
Bobot
Kulit (g)
|
244,66 (a)
|
242,66 (a)
|
204,00 (b)
|
Huruf yang sama
kearah baris menunjukkan tidak berbeda nyata pada P<0.05%
Data
pada Tabel 1 tampak bahwa performa produksi kelinci rex yang diberikan pakan
100 persen dari kebutuhan memperlihatkan hasil tertinggi, kemudian diikuti oleh
kelinci yang diberi jumlah pakan 80 persen dari kebutuhan, dan terendah
diperlihatkan oleh kelinci yang jumlah pakannya 60 persen dari kebutuhan. Hal
ini menunjukkan bahwa performa produksi dipengaruhi oleh jumlah pakan yang
diberikan, dengan tercukupi pakan maka akan memberikan performa produksi yang
terbaik, namun kelinci masih memberikan
respon pertumbuhan pada pemberian pakan 60 persen dari kebutuhan kebutuhan
ternyata masih memberikan respon pertumbuhan, berarti kelinci sangat efisien dalam
memanfaatkan pakan. Sesuai dengan pendapat Ensminger dan Olentine (1978) bahwa
ternak kelinci sangat efisien dalam memanfaatkan pakan, demikian pula yang
dikemukakan oleh Cheeke et al., (1987) dan Fekete (1985) bahwa kelinci mempunyai sifat copropaghy, sehingga
terjadi penyerapan ulang dari zat-zat makanan yang telah mengalami pencernaan
awal oleh mikroorganisme dalam caecum yang dapat mensintesa beberapa zat
makanan diantaranya protein dan beberapa vitamin.
Pertambahan bobot badan kelinci rex tertinggi
diperlihatkan oleh ternak kelinci yang diberi pakan 100 % dari kebutuhan, dan
terendah diperlihatkan oleh ternak kelinci yang diberi pakan 60 % dari
kebutuhan (P<0,05), namun memberikan
hasil yang sama dengan perlakuan pemberian pakan 80 % dari kebutuhan. Pertambahan
bobot badan yang tinggi pada kelinci yang mendapat pakan 100% dari kebutuhan
memberikan efek pada tingginya bobot potong, prosentase karkas, dan bobot kulit
kelinci Rex, nyata berbeda (P<0,05)
dibandingkan dengan ternak kelinci yang diberi pakan 60 % dari kebutuhan, namun
tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemberian pakan 80 % dari kebutuhan. Hal
ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya pertambahan bobot badan, akan diikuti
dengan peningkatan bobot potong, dan bobot potong yang tinggi akan menghasilkan
bobot karkas dan bobot kulit yang tinggi
pula. Forrest et al. (1975), menyatakan bahwa perbedaan bangsa
ternak memberikan keragaman pada kecepatan pertumbuhan dan komposisi tubuhnya,
bila bobot potong tinggi, maka bobot karkas yang diperoleh akan tinggi pula,
yang dalam penelitian ini bangsa yang digunakan adalah sama. Rao et al., (1978) bahwa
persentase karkas kelinci dipengaruhi oleh bangsa, jenis kelamin, umur,
ketebalan kulit, perlemakan, kuantitas serta kualitas ransum yang dikonsumsi. Kulit merupakan bagian tubuh ternak yang
meliputi luas permukaan tubuh, sehingga semakin besar bobot potong maka luas
kulit akan semakin tinggi, akibatnya akan menghasilkan bobot kulit yang besar,
sesuai dengan pendapat Yurmiati (1991), bahwa ternak kelinci yang mendapatkan pakan yang baik memberikan
bobot potong yang baik dan akan
menghasilkan kulit yang tebal dan padat substansinya sehingga akan mempengaruhi
bobot kulit yang dihasilkan, dan
terdapat pula interaksi yang
nyata positif antara bobot kulit dengan bobot hidup.
KESIMPULAN
Pemberian jumlah pakan berpengaruh terhadap peningkatan
pertambahan bobot badan, bobot potong,
persentase karkas, dan bobot kulit yang dihasilkan. Pemberian jumlah pakan 80 % dari kebutuhan menghasilkan performa produksi yang baik pada
ternak kelinci
DAFTAR
PUSTAKA
Chen,C.P.,
D.R.Rao, G.R. Sunki and W.M. Johnson. 1978. Effect of Weaning and Slaugtering
ages on Rabbit Meat Production. I. Body weight, feed efficiency and mortality .
J.Anim Sci. 3 (46)
Cheeke
, P.R., N.M. Patton and G .S Templeton. 1987. Rabbit Production. 5th
Ed.,
The Interstate Printers and Publishers. Inc.Danville. Illinois. USA.
Ensminger,
M.E. dan Olentine Jr. C. G. 1978. Feed and Feeding. 1st Ed. The
Ensminger Publishing Company. California United Statesof America.
Fekete
, S. 1985. Rabbit Feeds and Feeding with Special Regard to Tropical
Condition.
Journal.Appl.Rabbit, Resc. 8.
Forrest
, J.C., E.D. Aberle, H.B. Hendrick, M.D. Judge and R.A. Merkel. 1975. Principle
of Meat Science. W.H. Freeman and Company. San Francisco.
Isaacks,
R.E., B.L. Reed, R.F. Davies, J.H. Quismberry and J.R. Couch. 1960. Restricted
Feeding of Broiler Type Replacement Stock. Poultry Science.37
Rao,
D.R., G.R. Wunki., W.H. Jhonson., and C.P. Chen. 1978. Effect of Weaning and
Slaugtering ages on Rabbit Meat Production.II. Carcass quality and Composiyion.
J. Anim.Sci. 4 (46)
Templeton,
G.S. 1968. Domestic Rabbit Production. The Interstate Printers and Publisher
Danville. Illinois.
Timothy,
W., Taylor and N.P. Johnston. 1984. The Effect Of Restriction on Pelt Size and
Degrre of Prime in Rex Rabbits. Dep. Of. A. Science. Bagham University Provo.
Vol.7
Yurmiati,
H. 1991. Pengaruh Pakan, Umur Potong dan Jenis Kelamin Terhadap Bobot Hidup,
Karkas dan Sifat Dasar Kulit Kelinci Rex. Disertasi. Fakultas Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Indonesia.