Musim hujan sudah mulai terjadi dibeberapa daerah, kondisi yang sebelumnya panas akibat kemarau panjang berubah menjadi dingin akibat hujan deras yang tidak kunjung reda. Akibatnya kita lihat terjadi longsor di beberapa daerah dan yang terparah ada di Banjarnegara- Jawa Tengah. Menghadapi kondisi musim hujan yang seperti ini, peternak ayam harus siap mengantisipasi agar tingginya kelembaban dan kurangnya intensitas sinar matahari tidak membawa dampak negatif bagi produktivitas dan kesehatan ternak ayam mereka. Mewaspadai dan bersiaga adalah cara terbaik yang seharusnya dilakukan agar tidak melahirkan problem serius yang semestinya bisa dicegah.
Atas dasar pengalaman para peternak, selama ini jika musim hujan datang, maka outbreak penyakit di peternakan pun akan lebih sering muncul. Hal ini tidak lain karena musim hujan secara tidak langsung berperan dalam menyebarkan bibit penyakit ke peternakan. Penyebaran bibit penyakit ini bisa melalui litter, feses maupun air minum ayam yang terkontaminasi bibit penyakit.
Salah satu penyakit yang menjadi “langganan” ialah penyakit gangguan pencernaan. Terdapat tiga jenis penyakit yang biasa menyerang saluran atau organ pencernaan ayam, yaitu Koksidiosis, necrotic enteritis (NE), dan kolera. Di lapangan, jumlah kejadian penyakit ini cukup banyak bermunculan. Beberapa kasus juga bersifat oportunis. Maksudnya, secara normal mikroorganisme penyebabnya ada di dalam usus dalam jumlah yang terkendali. Tetapi pada saat kondisi ayam menurun, akibat stres atau sakit misalnya, mikroorganisme tadi berkembang dan menjadi patogen (mengganas).
Koksidiosis & Necrotic Enteritis
Koksidiosis dan necrotic enteritis (NE) merupakan penyakit yang sama-sama menyebabkan kerusakan di saluran percernaan, terutama di usus. Tidak sedikit kita sering dikecohkan oleh kedua penyakit tersebut. Identifikasi secara seksama dan teliti menjadi solusi dalam mengindentifikasi kedua penyakit ini.
Koksidiosis atau berak darah merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh salah satu endoparasit, yaitu protozoa (bersel tunggal) dari genus Eimeria sp. Agen penyakit ini berbeda dengan agen penyakit lainnya, baik bakteri maupun virus terutama dalam tahapan perkembangannya dimana Eimeria sp. memiliki beberapa fase perkembangan. Sedangkan Necrotic neteritis adalah penyakit bakterial yang bersifat sporadik pada ayam yang disebabkan infeksi Clostridium perfringens tipe A maupun C. Di lapangan sering kali ditemukan adanya serangan koksidiosis yang menstimulasi serangan necrotic enteritis. Hal tersebut terjadi karena saat serangan koksidia terjadi perdarahan dan kerusakan jaringan pada ileum (usus halus) yang memicu terbentuknya kolonisasi bakteri anaerob, yaitu Clostridium perfringens. Adanya kolonisasi bakteri anaerob itu akan berlanjut dengan serangan necrotic enteritis.
Kolera
Penyakit ini sudah banyak dikenal oleh para peternak karena tingkat kerugian yang ditimbulkan cukup besar serta kejadiannya yang cukup sering terjadi. Penularan penyakit terjadi secara horisontal yaitu ayam sehat tertular dengan ayam sakit melalui peralatan kandang, kotoran hewan maupun oleh pekerjanya sendiri. Tikus, insekta (terutama lalat) dan burung liar juga berperan dalam penyebarannya. Bakteri menginfeksi ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan dan melalui konjungtiva ataupun luka pada permukaan jaringan. Hampir semua unggas yang sembuh akan bersifat carrier.
Setelah terjadi masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh, maka ayam akan mengalami bacterimia (keadaan dimana bakteri sudah beredar ke seluruh pembuluh darah) tahap awal.Waktu mulai masuknya bibit penyakit hingga menimbulkan gejala klinis berlangsung selama 4-9. Dalam tahapan bacterimia ini ayam akan menunjukan gejala seperti :
Penurunan nafsu makan
Ayam tampak lesu dan mengantuk
Demam yang ditandai dengan kloaka kering dan peningkatan suhu badan mencapai 2-3oC
Saat kontrol pada malam hari, terkadang akan terdengar suara ngorok disertai sedikit getaran karena adanya lendir
Gejala yang timbul akibat serangan kolera ini terbagi atas 3 yaitu gejala perkaut, akut dan kronis.
1. Kolera Perakut
Pada bentuk perakut, ayam tiba-tiba mati tanpa ditandai adanya gangguan/gejala klinik sebelumnya kejadian ini bersifat eksplosif
2. Kolera Akut
Gejala Kolera akut ditemukan pada beberapa jam sebelum terjadi kematian. Gejala yang tampak adalah penurunan nafsu makan, bulu mengalami kerontokan, diare yang awalnya encer kekuningan, lama-kelamaan akan berwarna kehijauan disertai lendir, peningkatan frekuensi pernapasan, daerah muka, jengger dan pial membesar.
Pial dan jengger membengkak dan berisi masa mengkeju
Kematian dapat berkisar antara 0-20%. Selain itu, kejadian penyakit ini dapat menyebabkan penurunan produksi telur dan penurunan berat badan. Kerugian yang lain adalah meningkatnya biaya pengobatan.
3. Kolera kronis
Pada bentuk kronis, dimana penyakit berlangsung lama (berminggu-minggu hingga berbulan-bulan) dengan virulensi bakteri rendah. Gejala yang nampak sehubungan dengan adanya infeksi lokal pada pial, sendi kaki, sayap dan basal otak. Gejala yang terlihat biasanya terjadinya pembengkakkan pada pial, infeksi pada kaki.
Sebgaimana kata pepatah, mencegah lebih baik dari pada mengobati.
Koksidiosis dan necrotic enteritis (NE) merupakan penyakit yang sama-sama menyebabkan kerusakan di saluran percernaan, terutama di usus. Tidak sedikit kita sering dikecohkan oleh kedua penyakit tersebut. Identifikasi secara seksama dan teliti menjadi solusi dalam mengindentifikasi kedua penyakit ini.
Koksidiosis atau berak darah merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh salah satu endoparasit, yaitu protozoa (bersel tunggal) dari genus Eimeria sp. Agen penyakit ini berbeda dengan agen penyakit lainnya, baik bakteri maupun virus terutama dalam tahapan perkembangannya dimana Eimeria sp. memiliki beberapa fase perkembangan. Sedangkan Necrotic neteritis adalah penyakit bakterial yang bersifat sporadik pada ayam yang disebabkan infeksi Clostridium perfringens tipe A maupun C. Di lapangan sering kali ditemukan adanya serangan koksidiosis yang menstimulasi serangan necrotic enteritis. Hal tersebut terjadi karena saat serangan koksidia terjadi perdarahan dan kerusakan jaringan pada ileum (usus halus) yang memicu terbentuknya kolonisasi bakteri anaerob, yaitu Clostridium perfringens. Adanya kolonisasi bakteri anaerob itu akan berlanjut dengan serangan necrotic enteritis.
Kolera
Penyakit ini sudah banyak dikenal oleh para peternak karena tingkat kerugian yang ditimbulkan cukup besar serta kejadiannya yang cukup sering terjadi. Penularan penyakit terjadi secara horisontal yaitu ayam sehat tertular dengan ayam sakit melalui peralatan kandang, kotoran hewan maupun oleh pekerjanya sendiri. Tikus, insekta (terutama lalat) dan burung liar juga berperan dalam penyebarannya. Bakteri menginfeksi ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan dan melalui konjungtiva ataupun luka pada permukaan jaringan. Hampir semua unggas yang sembuh akan bersifat carrier.
Setelah terjadi masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh, maka ayam akan mengalami bacterimia (keadaan dimana bakteri sudah beredar ke seluruh pembuluh darah) tahap awal.Waktu mulai masuknya bibit penyakit hingga menimbulkan gejala klinis berlangsung selama 4-9. Dalam tahapan bacterimia ini ayam akan menunjukan gejala seperti :
Penurunan nafsu makan
Ayam tampak lesu dan mengantuk
Demam yang ditandai dengan kloaka kering dan peningkatan suhu badan mencapai 2-3oC
Saat kontrol pada malam hari, terkadang akan terdengar suara ngorok disertai sedikit getaran karena adanya lendir
Gejala yang timbul akibat serangan kolera ini terbagi atas 3 yaitu gejala perkaut, akut dan kronis.
1. Kolera Perakut
Pada bentuk perakut, ayam tiba-tiba mati tanpa ditandai adanya gangguan/gejala klinik sebelumnya kejadian ini bersifat eksplosif
2. Kolera Akut
Gejala Kolera akut ditemukan pada beberapa jam sebelum terjadi kematian. Gejala yang tampak adalah penurunan nafsu makan, bulu mengalami kerontokan, diare yang awalnya encer kekuningan, lama-kelamaan akan berwarna kehijauan disertai lendir, peningkatan frekuensi pernapasan, daerah muka, jengger dan pial membesar.
Pial dan jengger membengkak dan berisi masa mengkeju
Kematian dapat berkisar antara 0-20%. Selain itu, kejadian penyakit ini dapat menyebabkan penurunan produksi telur dan penurunan berat badan. Kerugian yang lain adalah meningkatnya biaya pengobatan.
3. Kolera kronis
Pada bentuk kronis, dimana penyakit berlangsung lama (berminggu-minggu hingga berbulan-bulan) dengan virulensi bakteri rendah. Gejala yang nampak sehubungan dengan adanya infeksi lokal pada pial, sendi kaki, sayap dan basal otak. Gejala yang terlihat biasanya terjadinya pembengkakkan pada pial, infeksi pada kaki.
Sebgaimana kata pepatah, mencegah lebih baik dari pada mengobati.