Faktor Penyebab Prolapsus Uteri

Faktor-faktor Penyebab Prolapsus Uteri

Penyebab prolapsus uteri adalah hewan selalu dikandangkan, tingginya estrogen, tekanan intra abdominal saat berbaring maupun secara genetik (Ratnawati 2007). 

Menurut Toeliehere (1985) pada sapi perah prolapsus uteri sering terjadi pada hewan yang selalu dikandangkan dan partus di kandang dengan bagian belakang lebih rendah daripada bagian depan. Prolapsus uteri sering terjadi pada sapi yang sudah sering partus dan hewan yang telah berumur tua dan makanan yang kurang baik selama hewan itu dipelihara dalam kandang, menyebabkan keadaan ligamenta penggantung uterus menjadi kendor, lemah dan tidak cepat kembali ke posisi sebelum bunting. Predisposisi terhadap prolapsus uteri adalah pertautan mesometrial yang panjang, uterus yang lemah, dan relaksasi daerah pelvis yang berlebihan. 

 Gejala klinis 

Hewan biasa berbaring tetapi dapat pula berdiri dengan uterus menggantung ke kaki belakang. Selaput fetus atau selaput mukosa uterus terbuka dan dapat terkontaminasi dengan feses, jerami, kotoran, atau gumpalan darah. Uterus dapat membesar terutama bila kondisi ini telah berlangsung 4-6 jam atau lebih (Toelihere 1985).

Tindakan pencegahan prolapsus uteri 

Tindakan pencegahan yaitu membuat desain lantai kandang yang tidak terlalu miring. Kontrol manajemen pakan sehingga sapi-sapi yang bunting terutama pada trisemester ke tiga tidak mengalami kegemukan dan yang penting adalah jangan memelihara sapi yang pernah mengalami kejadian prolaps vagina atau rektal pada saat bunting (Prayogo 2009). 

Penanganan prolapsus uteri

Penanggulangan secara teknis yaitu dengan menempatkan induk sapi pada kandang dengan kemiringan 5 –15 cm lebih tinggi dari bagian belakang. Secara medis dapat dilakukan dengan reposisi ke posisi semula, irigasi (pemasukan dilanjutkan dengan pengeluaran) antiseptik dan injeksi dengan antibiotika spectrum luas (oxytetracycline) (Riady 2006). 

Menurut Toelihere (1985), uterus harus dicuci bersih dengan larutan NaCl fisiologis hangat, atau air dengan antiseptika, juga vagina dan vulva. Pada saat reposisi, vulva dikuakkan, bagian ventral kemudian dorsal uterus dimasukkan, mulai dari pangkalnya di bagian servik yang terdekat pada vulva. Sesudah uterus kembali ke tempat semula, ke dalam uterus dimasukkan antibiotik seperti metritin, terdomyocel, preparat terramycin, aureomycin, tetracyclin, atau larutan antibiotika yang berspektrum luas lainnya. Injeksi antibiotika secara intra muskuler untuk membantu pencegahan infeksi dalam uterus.

Subscribe to receive free email updates: