Enersi yang dikeluarkan untuk memnuhi kebutuhan enersi hidup pokok akan dikonversikan menjadi panas dan akan meninggalkan tubuh dalam bentuk panas. Kuantitas panas yang dihasilkan dalam kondisi seperti ini disebut sebagai metabolisme basal ternak dimana pengikurannya merupakan perkiraan kebutuhan enersi netto yang harus diperoleh ternak dari pakan agar memenuhi kebutuhan untuk hidup pokok.
Kebutuhan minimal ini dikaitkan dengan nilai metabolisme puasa (fasting metabolism) yang berkorelasi antara panas yang dihasilkan oleh proses metabolisme dengan luas permukaan tubuh yang berfungsi untuk melepas panas. Sejak penelitian yang dilakukan oleh Brody pada berbagai ukuran dimensi tubuh hewan mamalia mulai tikus hingga gajah ternyata diketahui bahwa nilai metabolisme puasa adalah sebesar 70 kcal/kgBB0.73 atau setara dengan 0.27 MJ/kg BB0.75. Meskipun demikian nilai metabolisme puasa ini amat beragam dari satu species ke species lainnya. Sebagai contoh pada sapi cenderung memiliki nilai metabolisme puasa 15 % lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rataan species lainnya. Sementara itu pada domba nilai metabolisme puasa umumnya 15 % lebih rendah. Selain itu keragaman juga dapat timbul dalam satu species akibat adanya perbedaan umur dan jenis kelamin.
Nilai metabolisme puasa pada ternak muda juga lebih tinggi dibandingkan pada ternak dewasa. Contoh pada pedet sapi nilai metabolisme puasa adalah sebesar 0.39 MJ/kgBB 0.75 sedangkan pada sapi dewasa adalah sebesar 0.32 MJ/kgBB 0.75 . Demikian pula nilai ini 15 % lebih tinggi pada jantan dibandingkan dengan betina.
Pada ayam petelur enersi yang dikonsumsi akan digunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk hidup pokok dan produksi telur disamping adanya enersi yang terkandung dalam faeces dan urin.
Kebutuhan enersi untuk berjalan relatif kecil yaitu misalnya pada seekor domba dengan bobot badan 50 kg dan berjalan sepanjang 2 km/hari hanya membutuhkan enersi sebesar 260 kJ/hari. Pada domba yang digembalakan kebutuhan enersi untuk merumput diperkirakan antara 25 – 60 % dari nilai metabolisme puasanya.
ARC telah merumuskan bahwa untuk menentukan kebutuhan enersi bagi metabolisme puasa sapi dara dan sapi kebiri dapat dihitung dengan rumus :
F = 0.53 (W/1.08)0.67
Bobot badan (W) dikurangi untuk menduga nilai metabolisme puasa dengan angka 1.08 dan bobot metabolis dihitung dengan pangkat 0.67 daripada dengan pangkat 0.75 yang umum digunakan. Kebutuhan enersi ternak (allowance) untuk aktivitas minimal bagi ternak yang dikandangkan dihitung sebesar 0.0043W . Sehingga kebutuhan enersi neto seekor sapi dengan bobot badan sebesar 500 kg adalah:
0.53 (500/1.08)0.67 + 0.0043 X 500 = 34.5 MJ/hari
Apabila kandungan enersi ransum adalah sebesar 11 MJ ME/kg BK maka efisiensi penggunaan ME untuk hidup pokok (km) = 0.714. Sehingga kebutuhan ME sapi tersebut adalah sebesar : 34.5/0.714 = 48.3 MJ/hari.